Sabtu, 08 September 2012

1001 Alasan Untuk Kekuasaan

Vox Populi, Vox Dei (Suara Rakyat Adalah Suara Tuhan)....
Kalimat pembuka ini mungkin sudah sering terdengar setiap ada pesata rakyat lima tahunan. Dulu 40 tahun yang silam pada saat negara ini masih berbentuk demokrasi tunggal dan terpimpin, rakyat dan pemilih akan sedikit terpasung dalam menetukan hak pilihnya, setelah terjadi era reformasi yang diawali pada tahun 1998 arah dan sistem ketatanegaraan kita mengalami perubahan yang cukup drastis, arah kekuatan dan kekuasaan sudah mulai beranjak yang dahulu terpusat di sentral Jakarta sekarang mulai berubah dengan masuk ke daerah-daerah propinsi dan kabupaten yang baru.
Dahulu yang kita ketahui pemilihan kepala daerah yang menentukan Alm.Suharto dan tahap loby-loby di DPRD Propinsi Tingkat I maupun pada Tingkat II, sekarang dengan adanya otonomi daerah banyak propinsi dan kabupaten yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung.
Pemilukada DKI Jakarta yang baru 2 kali dilaksanakan, tetapi sudah memberi pelajaran yang berharga bagi warga dan pemilih yang ada di Jakarta, pada tahun 2007 s/d 2012 hanya ada dua pasangan yaitu Fauzi Bowo-Prijanto, sekarang pada tahun 2012 s/d 2017 terdapat enama pasangan. tetapi yang sangat mengharukan pada awal massa kampanye sudah banyak terlihat gaya keangkuhan, anggap enteng lawan, rasa yakin yang berlebihan yang akhirnya membuat pilkada Jakarta masuk dalam 2 putaran.  
Peperangan yang akan berakhir akhri tahun 2012 ini tampaknya akan pertarugan 2 tokoh, tokoh 1 yaitu Fauzi Bowo, siapa yang tak kenal dengan namanya Fauzi Bowo yang sudah mengabdikan separuh hidupnya untuk Jakarta, karena beliau adalah pegawai negeri sipil (PNS) murni yang bertugas di Pemprop DKI Jakarta, tokoh konvesional dengan gayanya yang khas, kaku, dibaratkan guru ditahun 70 sampai diera 90 dimana ditangan kananya selalu ada penggaris untuk memukul murid-murid yang nakal, disis lain beliau tahu akan permasalahan DKI Jakarta yang sangat multi komplek karena di Jakarta ada semua mulai dari yang Sajadah sampai haram Jadah. Sedangkan tokoh ke 2 adalah seorang tokoh muda yang mempunyai branding anak gaul, luwes, tidak ada acara protokoler, tokoh ini adalah Joko Widodo. Beliau juga adalah walikota Solo. Yang ingin bertarung untuk menjadi orang nomor satu di Ibukota Jakarta
Dalam memasuki putaran ke 2 pilkada DKI Jakarta, semua kandidat memakai semua strategi untuk dapat berkuasa di DKI Jakarta, mulai isu SARA, karena kita ketahui bahwa pasangan dari Joko Widodo adalah etnis, sedangkan Fauzi Bowo dan pasangannya adalah putra daerah.
yang harus diingat oleh team sukses ke dua pasangan bahwa Ibukota Jakarta semua etnis, semua agama ada disini, jika banyak pihak yang berperang dengan menghembuskan isu SARA pasti tidak begitu laku lagi, karena banyak alasan pemilih Jakarta tidak termakan dengan isu yang berbau SARA
Demi sebuah kekuasaan ke dua tokoh ini akan bertarung secara man to man marking, kenapa karena sekarang mereka hanya berdua bukan lagi berenam. Pertarungan dalam putaran ke dua ini pasti akan lebih seru dan mengasyikan, disini akan terlihat kualitas dari team sukses, apakah para team sukses berhasil memenangkan dan meraih simpati dari para calon pemilih, atau para team sukses hanya menjadi penumpang gelap demi sesuatu, menjadi petualang atau menjadi baladika untuk kandidatnya naik ke tampuk kekuasaan.
Dalam bulan ramadhan ini semoga saja tidak ada isu-isu SARA yang berkembang ditengah masyarakat yang akan berujung merugikan kita semua, lebih baik dalam bulan ini digunakan untuk merefleksikan diri, jangan hanya terpaku untuk sebuah kekuasaan saja.
Untuk kedua pasangan yang akan bertarung juga harus dapat menetralisir segala tindakan anak buah atau team sukses agar jangan terjadi mob demokrasi karena yang rugi bukan hanya team sukses tapi warga jakarta yang langsung terkena akan imbas dari konflik perebutan kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar