Kamis, 29 November 2012

Bukan Bangsa Kuli


8 November 2012 saat Surya Paloh membacakan orasi ilmiah di Gelora Bung Karno dengan tema Bukan Bangsa Kuli pada saat Dies Natalis Univ Bung ke 13, seisi ruangan bertepuk tangan dengan riuh, orasi yang sangat mengelorakan itu sangat terasa didepan para pemuda-pemudi yang dipersiapakn untuk menjadi pemimpin dimasa depan. Seperti kita ketahui bahwa pemuda adalah masa depan suatu bangsa, boleh mengutip kata-kata The Founding Father "Berikan Sepuluh Pemuda Maka Aku Akan Gentarkan Dunia".

Thema Bukan Bangsa Kuli tetapi dalam realitanya dimana masih banyak anak muda Indonesia yang menjadi kuli diluar negeri atau didalam negeri, Bangsa ini adalah pengekspor terbesar "budak-budak" modern dengan dalil pahlawan devisa negara. Beribu alasan kaum muda Indonesia yang menjadi "budak' dinegara lain, mulai dari himpitan ekonomi, pendidikan dan sebagainya, pemerintah melihat ini terkesan hanya diam saja "budak-budak" ini terkadang pulang ke Tanah Ibu Pertiwi dalam keadaan mati, membawa sibuah hati hasil dari tindihan simajikan yang melampiaskan nafsu jahatnya apakah ini masih bisa disebut Bukan Bangsa Kuli.

Mahasiswa yang seharusnya sebagai agent of change, sipembawa misi perubahan ini harus dapat bergerak secara dinamis jangan hanya sebagai pembebek dari keadaan seperti ini, apalagi bila ada seorang mahasiswa yang hanya mengedepankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), seorang mahasiswa yang diciptakan untuk menjadi cendikiawan- cendikiawan muda harus mempunyai rasa, cipta dan karsa untuk dapat merubah keadaan yang sudah sangat parah, jangan juga seorang mahasiswa setelah mendapat gelar akademik yang melalui pertarungan panjang dengan keringat dan air mata. Jangan hanya menjadi robot organik, bekerja dalam perintah normatif setelah menempuh perujuangan yang panjang dan menyakitkan.

Bila kita sebagai mahasiswa yang ingin merubah keadaan Bangsa ini untuk menjadi Bukan Bangsa Kuli harus dapat mensinergikan arah kaki perjuangan, dan merubah pola pikir, saya sepakat apa yang ditulis oleh Buya Hamka, kalau hanya untuk makan monyet saja makan, kalau hanya untuk kerja anjing saja bekerja, tetapi kita manusia terlebih bila seorang pemuda-pemudi yang bisa menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Apakah hidupnya hanya untuk kerja dan makan saja tidak ada nilai-nilai kehidupan yang layak untuk diperjuangkan demi kebaikan pada masa yang akan datang.

Agent of change yang sudah melekat wajib untuk di aplikasikan dalam kehidupan seorang mahasiswa karena seoarang mahasiswa diciptakan untuk dapat merubah keadaan, minimal pola pikir dirinya sendiri untuk tidak menjadi kuli orang lain terlebih kuli di negeri orang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar