Rabu, 27 Februari 2013

Belajar Dengan Sejarah



Hegel berkata kepada muridnya Karl Max, mengatakan “Pelajaran terbesar dari sejarah ialah manusia tidak mau belajar dari sejarah,” kata-kata ini tentu mengingtakan kita pada tahun 2002 dimana waktu Presiden Megawati dan Wapres Hamzah H, Susilo Bambang Yudhoyono menjadi MenkoPolhukam dimana pada era itu SBY sempat menjadi orang yang menjadi korban politik karena kata-kata yang dikeluarkan oleh Taufik Kemas dengan kejadian itu pers ramai-ramai mengekspos habis berita tersebut sehingga membuat opini dan rakyat bersimpati ke SBY yang telah menjadi korban dan rakyat menghujat sikap yang ditunjukan oleh Taufik Kemas, dari kejadian itu nama SBY langsung meroket dan menjadi Presiden dalam 2 kali pemilu mulai dari 2004-2009 dan 2009-2014.

Kalau menilik dari dari konstitusi partai tidak ada celah untuk menjatuhkan secara paksa tampuk kepemimpinan Anas Urbaningrum. Tetapi akhirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menetapkan Anas Urbaningrum menjadi tersangka dalam kasus Hambalang dan sesuai fakta intergritas, Anas harus mengundurkan diri dari Ketua Umum Demokrat. Kejadian ini hampir menyerupai dengan kejadian apa yang dialami oleh SBY pada tahun 2002 dimana orang yang menjadi korban politik akan mendapat simpati dari rakyat, terlepas apa sikorban politik salah atau benar.

Seminggu pasca penetapan Anas Urbaningrum ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK, seluruh rekan-rekan, saudara, bahkan dari tokoh-tokoh Bangsa ini berdatangan ke rumah Anas untuk memberikan semangat moril kepada Anas, dan tidak juga ketinggalan pemberitaan media yang gencar mengekspos rumah tinggal Anas yang tidak pernah sepi tamu yang datang. Anas yang dalam pidato pengunduran dirinya mengatakan akan membuka lembaran-lembaran berikutnya.

 Melihat keadaan yang banyak konflik di dalam tubuh partai para pemilik media ini terus memanfaatkan suasana demi menaikan rating dan oplah pendapatan. Bila kita ingat betul pepatah bijak yang mengatakan "Mulutmu, Harimaumu", memang seorang politisi bebas untuk mengeluarkan pendapat tetapi bila mengeluarkan pendapat harus juga melihat kebutuhan dan posisi serta juga diharapkan kepada pengurus partai untuk tetap berkonsentrasi pada pemenangan pemilu di 2014 yang waktunya semakin mendesak, jangan sampai keadaan ini dimanfaatkan oleh para makelar yang mencari keuntungan karena bila partai Demokrat hancur yang hancur adalah ranting dan pac yang tersebar diseluruh Indonesia.

Partai Demokrat, partai yang sedang berkuasa. Hampir dua tahun tidak lepas dari pemberitaan miring media. Terutama media-media yang dikuasai oleh ketua-ketua partai politik, memang ada istilah yang digunakan oleh para juru berita ini "the bad news is the good news". Bahkan hasil dari sebuah lembaga survey yang mengatakan suara Partai Demokrat anjlok menjadi 8,3% pada pemilu 2014, hal ini membuat beberapa anggota dewan pembina mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sangat enak untuk dikomsumsi oleh media langsung dan disebar luaskan ke masyarakat. Hal yang sama juga dilakukan oleh para pengurus Partai mulai dari tingkat DPP sampai DPD dan tidak ketinggalan para pengurus DPC untuk melakukan counter attack terhadap celotehan-celotehan anggota dewan pembina sehingga menambah kisruh keadaan bukan untuk meredakan masalah karena banyak terdapat silang pendapat dan saling serang sesama kader dan pengurus Demokrat.

Apa yang dikatakan Hegel kepada Karl Max tampaknya harus dicermati oleh elit-elit Partai Demokrat jangan sampai mereka para elit Partai Demokrat tidak belajar dari perjalanan sejarah Susilo Bambang Yudhoyono, dimana SBY pernah menjadi korban politik sekarang kejadian yang tidak jauh berbeda terjadi dalam tubuh Partai Demokrat dimana ada seorang Anas Urbaningrum yang juga menjadi korban politik, timbul sebuah pertanyaan apakah elit Partai Demokrat apakah mau belajar dari Sejarah atau memperkosa Sejarah itu sendiri, itu semua tergantung pada elit-elit Parati Demokrat jika mereka mau belajar dari Sejarah mereka akan meminimalis kehancuran dan langsung dapat bangkit, jika tidak kehancuran berkeping-keping segera akan datang 

Politik yang dibicarakan dan selalu diajarkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan sekaligus Majelis Tinggi Partai SBY yaitu Bersih, Santun dan Cerdas (B S C), semoga saja para elit Partai Demokrat dapat mencermati dan melaksanakan ajaran manifesto politik SBY yaitu BSC. Menurut hemat penulis Partai Demokrat didirikan bukan untuk aku, kamu dan kami tetapi dibangun untuk aku, kamu dan kita semua demi demokrasi Indonesia.